Senin, 19 Maret 2012

Surat Untuk Presiden RI


Kepada Yang Terhormat
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
di tempat,
Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Apa kabar, Pak Presiden? Saya berharap Bapak dalam keadaan sehat agar dapat melaksanakan tugas Bapak sebagai pucuk pimpinan rakyat Indonesia.

Bapak, perkenalkan nama saya Salim. Sekarang saya berkuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya atau lebih lebih di kenal dengan ITS Surabaya. Bapak Presiden, selamat Bapak diberi kesempatan yang kedua kalinya untuk memimpin Indonesia. Selain bersyukur, saya tahu Bapak pasti deg-degan karena menjadi Presiden itu kan susah. Tugasnya banyak sekali, lebih banyak dari tugas seluruh mahasiswa-mahasiswa di seluruh dunia.

Saya tahu juga sedikit tentang tugas itu, Pak. Misalnya tugas bagaimana membuat rakyat tersenyum. Kan susah ya Pak. Kalau semua harga mahal untuk makan, berobat dan sekolah saja susah, bagaimana rakyat bisa tersenyum? Apalagi cari pekerjaan pun sukar sekali. Saya sering melihat berita di TV kalau di luar negeri banyak tenaga kerja kita yang disiksa majikannya. Terus juga PR untuk membuat negeri kita lebih aman agar tidak banyak orang jahat dan koruptor yang berkeliaran, apalagi kalau ada yang bawa bom segala. Saya takut sekali Pak.

Pak Presiden pernah mengatakan bahwa “pembelian Pesawat Kepresidenan berjenis 737-800 Boeing Business Jet 2 memang harus dibeli karena memang diperlukan bukan untuk kepentingan pribadi diri”. Pesawat jenis Boeing Bussiness Jet 2 ini dipesan khusus di Amerika Serikat dengan harga senilai USD 91.209.560,61 atau sekitar Rp. 820 Milyar. Saat ini pemesanan pesawat dalam tahap desain dan dijadwalkan tiba di Indonesia pada Agustus 2013. Jadi jika saya mengasumsikan bahwa ada 100 kursi di dalam pesawat itu maka harga rata-rata tiap kursi pesawat senilai Rp. 8,2 Milyar.

Harga kursi pesawat Rp. 8,2 Milyar itu setara dengan biaya membangun dua Sekolah Dasar (SD) permanen dengan enam ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah dan satu lapangan volli. Menurutnya, jika satu kelas rata-rata berisi 40 siswa maka setiap SD bisa menyekolahkan 240 siswa. "Tapi jika kegiatan sekolah di buat dua kali dalam satu hari yaitu pagi dan siang maka tiap SD bisa menampung 480 siswa atau 960 siswa untuk dua SD. Dengan demikian, lanjut Mustar, jika seluruh biaya Pesawat Kepresidenan itu di gunakan untuk membangun SD maka ada 96.000 anak yang bisa bersekolah.
Menurut saya, keputusan membeli Pesawat Kepresidenan di saat Indonesia masuk peringkat lima terbesar di dunia dalam jumlah balita kurang gizi yaitu 900.000 balita, merupakan keputusan yang kurang tepat.

Bapak Presiden, dahulu Khalifah Umar bin Khattab naik unta bergantian dengan pembantunya saat berangkat ke Palestina untuk menerima kunci Baitul Maqdis, sehingga saat sampai di pintu gerbang negeri itu, orang-orang malah mengelu-elukan pembantunya, yang kebetulan sedang dapat giliran naik unta dan Khalifah Umar bin Khattab yang menuntunnya. Dan contoh lainnya yaitu Hasan Al-Banna, ketika Hasan Al-Banna bepergian untuk berdakwah, konon ada orang yang mengenalinya naik kereta kelas tiga. Sebagai pemimpin tertinggi jamaah Islam terbesar di dunia, rasanya kurang pantas kalau tokoh itu naik kereta kelas kambing. Ada orang bertanya, mengapa naik kelas 3? Beliau hanya tersenyum dan menjawab, karena tidak ada kelas yang lebih rendah lagi.

Demikian Pak, isi hati saya yang bisa saya ceritakan dalam selembar surat singkat ini. Semoga surat saya ini bisa menambah motivasi Bapak Presiden untuk terus memperjuangkan nasib negeri kita ini, Indonesia. Semoga Bapak Presiden selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Salim
Mahasiswa ITS Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar