Selasa, 17 Mei 2011

Knowledge-Based Student Movement

Sebagai seorang yang mengaku sebagai insan akademis, mahasiswa berada pada posisi untuk mempertanggungjawabkan kata “akademis” yang melekatnya padanya. Kata akademis ini dekat dengan sesuatu yang berdasarkan data, fakta dan kebenaran ilmiah. Dengan kata lain, mahasiswa dituntut untuk memiliki cara pikir, kebijaksanaan dan perilaku yang menggambarkan bahwa dirinya adalah seorang yang memang insan akademis. Kata Mahasiswa pun sejatinya dekat dengan semangat untuk menuntut ilmu, sehingga tak dapat di pungkiri lagi bahwa mahasiswa harus mampu membuktikan kapasitasnya dalam ekspresi dan aktualisasi ilmu pengetahuan.
Begitu pula dalam hal pergerakannya, baik dalam gerakan politik maupun sosial. Ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan begitu saja. Mahasiswa bergerak dengan kebenaran ilmiah yang di dilandasi dengan nurani untuk membela rakyat. Gerakan mahasiswa tidak bisa lagi hanya sekedar gerakan spontan, melainkan menjadi gerakan terencana dan terukur. Dengan itu mahasiswa tidak akan terkesan sekedar menjadi “latah opini” tetapi justru sebagai ahli rekayasa opini.
Knowledge-based movement, dimana gerakan yang dilakukan mahasiswa berbasis ilmu pengetahuan, intelektualitas dan basis kompetensi. Knowledge ini kemudian di transformasikan menjadi sebuah gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan advokasi kebijakan publik. Knowledge-based movement ini bergerak dengan mengandalkan tiga modal utama, yakni modal manusia, modal struktur, dan modal jaringan.
Modal manusia sangat berperan dalam menggunakan knowledge itu sendiri. Gerakan mahasiswa tak bisa di pungkiri terdiri dari insan manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan kompetensi. Selain itu mahasiswa juga memiliki kemampuan khusus yang spesifik dan juga sofskill yang diharapkan mampu mendukung gerakan seperti kemapuan lobi, memimpin, entrepreneur, manajerial, dan bidang-bidang lain sesuai dengan kompetensi disiplin ilmu masing-masing. Terakhir, sebagai bentuk keluaran dari pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa, perilaku yang dimiliki juga mencerminkan seorang yang berkarakter, seperti jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, ulet dan memiliki daya juang. Modal manusia adalah modal terbesar yang perlu dimiliki gerakan mahasiswa yang berbasis pengetahuan. Untuk itulah dibutuhkan pembinaan yang terstruktur dan berkelanjutan. Pembinaan antar generasi ini perlu di dukung dengan knowledge management yang baik. Sehingga proses transfer pengetahuan dan pengalaman bisa terjalin dengan baik.
Modal kedua adalah modal struktural atau yang terkait dengan institusi atau organisasi mahasiswa  itu sendiri. Bentuk dari organisasis sangat mungkin bervariasi. Namun demikian organisasi yang berbasiskan pengetahuan tentu memiliki keluaran organisasi yang jelas dan mampu dipertanggung jawabkan. Untuk itu pengetahuan yang dimiliki oleh sebuah organisasi -baik itu yang masih dalam bentuk kajian atau sudah merupakan kesimpulan- perlu untuk di publikasi secara berkala untuk proses diseminasi pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Bentuk publikasi bisa dalam bentuk tulisan di media, jurnal, karya tulis, atau seminar terbuka.  Sistem di dalam organisasi pun perlu dikembangkan dengan  profesionalitas, pengelolaan sistem informasi yang handal dan skema entrepreneurship dalam pengembangan organisasi. Budaya pengetahuan ini juga bisa dicerminkan oleh organisasi, dimana nilai disiplin, saling menghormati, kerjasama dan menjunjung etika menjadi budaya yang terinternalisasi dengan baik di dalam organisasi.
Modal terakhir adalah modal jaringan. Di masa globalisasi seperti saat ini, pihak yang memiliki jaringan yang kuat akan memenangi persaingan. Gerakan mahasiswa juga bertumpu pada jaringan yang kuat. Jaringan ini bisa dalam bentuk kerjasama, kemitraan, pertukatan informasi dan pengetahuan, dan undangan untuk menghadiri pertemuan atau seminar. Jaringan yang dimiliki tentu dengan berbagai skala, baik lokal, regional, nasional dan internasional. Kekuatan  jaringan ini akan memberikan reputasi atau pengakuan berbagai pihak. Tentu hal ini menjadi modal besar untuk meningkatkan posisi tawar gerakan mahasiswa. Terakhir, bagaimana dengan jaringan yang dimiliki, gerakan mahasiswa mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh relasi jaringannya.
Ketiga modal ini menjadi kebutuhan yang perlu di penuhi untuk mengoptimalkan gerakanberbasis pengetahuan. Dengan adanya modal-modal ini gerakan mahasiswa akan menemui performansi yang baik dalam melakukan ekskalasi.

Salim
1508 100 703
Menteri Dalam Negeri BEM FMIPA ITS 2010-2011