Senin, 23 Januari 2012

Modernisasi dan Pesantren

Berbicara tentang tradisi pesantren pasti yang pertama tersirat dalam benak kita adalah gambaran pesantren itu kolot, kuno dan mungkin terbelakang. Untuk sementara kita terima pandangan seperti itu, karena pandangan yang seperti itulah yang beredar di masyarakat, akan tetapi opini-opini seperti itu perlahan-lahan akan hilang seiring dengan perkembangan dunia pesantren. Sedikit menengok kebelakang mengenai latar belakang tradisi pesantren. Secara sejarah tradisi pesantren mempunyai andil yang besar dalam perkembangan peradaban dan dunia intelektual di Indonesia. Warisan yang sudah berabad-abad ini diperkirakan sejak tahun 1400 M merupakan ujung tombak pembangunan peradaban Melayu Nusantara yang juga merupakan akar dari peradaban Indonesia.
Tak sedikit tokoh-tokoh baik tokoh ulama, tokoh politik dan pejuang kemerdekaan lahir dari kesederhanaan tradisi pesantren. Dan dari tokoh-tokoh inilah muncul pemikirian dan karya–karya yang menjadi cikal bakal lahirnya perkembangan dunia modern di Indonesia. Rasanya terlalu picik bagi kita memandang tradisi pesantren dengan sebelah mata, tanpa memandang jasa-jasa pesantren. Justru tidak berlebihan bila kita mengatakan bahwa tanpa peran dari dunia pesantren mungkin kita akan sulit berkembang bahkan mungkin sulit untuk mendapatkan kemerdekaan. Negara-negara kolonial penjajah seperti Belanda sudah menyadari dan memperhatikan sepak terjang pesantren, mereka (kolonial penjajah) memahami betul bahwa pesantren merupakan ancaman bagi kolonialisme. Maka dari itu mereka membatasi serta mengawasi aktivitas pesantren dikala itu, sehingga pesantren seakan lumpuh dan tertidur selama penjajahan berlangsung.
Kondisi seperti itu juga masih dialami kalangan pesantren diwaktu kemerdekaan sudah direbut Indonesia dari Belanda, rupanya pemerintah kala itu belum sadar akan potensi dari tradisi pesantren, hingga pesantren mengalami stagnasi. Hal ini di karenakan pemerintah lebih memprioritaskan pada pendidikan formal (sekolah umum), namun tradisi pesantren masih kokoh tetap dalam jalurnya sebagai pencetak santri-santri yang berilmu dan mampu melayani kebutuhan spiritual masyarakat walau tanpa ada sokongan secara resmi dari pemerintah. Awal tahun 2001 pesantren mendapatkan angin segar, karena pemerintah mulai memperhatikan potensi dari dunia pondokan ini (pesantren). Mulai dari sinilah jejak baru meretas di kalangan pesantren, perkembangan-perkembangan dilakukan seiring dengan kebutuhan masyarakat serta sokongan dari pemerintah. Tradisi pesantren yang sebatas mendalami kitab-kitab kuning (kuno) mulai dipadukan dengan ilmu-ilmu umum, kondisi ini diperkuat lagi dengan berdirinya sekolah-sekolah formal di dalam tubuh pesantren, tradisi sarungan dipadukan dengan tradisi berseragam sekolah.
Perkembangan pesantren tidak hanya sebatas di sekolah umum saja, pengakuan alumnus pesantren yang diperkuat dengan SK dari DEPAG (sekarang KEMENAG) mengenai penyetaraan lulusan pesantren dengan sekolah umum membuat alumni pesantren mampu bersaing dengan lulusan sekolah umum untuk memperebutkan kursi belajar di Perguruan Tinggi (PT). Lebih-lebih pesantren mulai memperluas kajian keilmuaanya dengan mendirikan sendiri PT di wilayah pesantren, misalnya Universitas Alkhairaat (UNISA) Palu dan lain sebagainya. Berkembangnya PT di pesantren-pesantren tersebut merupakan perkembangan yang sangat penting bagi perkembangan peradaban Indonesia ke masa depan.
Dengan berkembangannya kampus di pesantren, maka pesantren sebagai benteng identitas tradisi ke-Indonesia-an bangsa juga akan memperkuat perannya dalam pembangunan peradaban Indonesia modern tersebut. Memasuki millennium ketiga, pesantren menjadi perhatian dunia. Tokoh-tokoh dunia yang berpengaruh selalu menyempatkan untuk berkunjung ke salah satu pesantren, contoh: pada bulan maret 2006 Perdana Menteri Inggris Tony Blair ketika berkunjung ke Indonesia dia menyempatkan untuk berdialog dengan para santri di Pesantren Darun Najah Ciledug, Jakarta. Ini membuktikan bahwa eksistensi pesantren sangat berpengaruh dan menjadi perhatian dunia internasional. Peran pesantren dalam upaya menjaga keseimbangan antara dimensi-dimensi ekstrimitas sikap keislaman dengan mayoritas umat Islam di Indonesia yang bersikap tatsamuh dewasa ini terus menguat.
Dalam derasnya arus globalisasi yang berdasarkan semangat modernisasi, eksistensi pesantren sangat diperlukan sekali dalam kemajuan bangsa, mengapa?. Derasnya arus globalisasi dimana dunia seakan tidak memiliki jarak dan waktu lagi, berdampak masuknya budaya-budaya baru terutama budaya barat yang berbeda jauh dengan budaya timur khususnya budaya negri Indonesia. Tanpa fondasi budaya yang kuat, mustahil budaya kita akan bertahan dari gempuran budaya barat yang mengedepankan kebebasan, budaya timur yang terkenal ramah tamah, penuh dengan nilai norma-norma adat dan semangat sikap tatsamuh, akan terkikis habis. Dari sisi inilah peran tradisi pesantren yang masih memegang teguh etika moral dan tradisi warisan turun-temurun bangsa menjadi garda terdepan dalam menghalau derasnya arus modernisasi dan globalisasi, agar modernisasi bisa disaring demi kemajuan bangsa.
            “Di satu sisi tradisi pesantren harus mampu mempertahankan jati diri dan kemandiriannya dalam menghadapi kemajuan modernisasi akan tetapi di sisi lain pesantren harus mampu melayani kebutuhan masyarakat serta menjawab segala bentuk permasalahan dimasyarakat dewasa ini”. Menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi tradisi pesantren untuk mempertahankan kemurniannya di dalam hiruk-pikuk persoalam masyarakat di era modernisasi ini, serta menjadi sebuah pekerjaan rumah yang berat bagi pelaku-pelaku tradisi pesantren (pimpinan pesantren, ustadz dan santri). Tradisi pesantren merupakan warisan yang sangat berharga bagi bangsa ini, di saat lembaga pendidikan lain berupaya untuk merubah karakter dirinya sebagai kompensasi dalam mengikuti perubahan modernitas. Tradisi Pesantren tetap lahir dengan jati diri yang utuh dan murni dalam menghadapi modernisasi.
            Oleh karena itu, hemat saya, melalui tulisan ini bukan hanya sekedar menyajikan fakta dan penerangan saja akan tetapi mengajak kita untuk memahami pentingnya peran dari tradisi pesantren dewasa ini, serta mengajak kita untuk tetap mempertahankan tradisi-tradisi yang dimiliki bangsa kita. Dengan membaca tulisan ini pula seakan menyadarkan dan memotivasi saya sendiri yang selama ini menetap serta mengenyam pendidikan dilingkungan pesantren untuk lebih giat kembali memacu prestasi. Dari dasar itu, Maka saya cenderung membahas dala, tulisan ini dari segi transisi pesantren dari tradisi menuju modernisasi. Rasanya sayang bila tulisan ini tidak dijadikan bahan referensi penting bagi pelaku tradisi pesantren, karena saya mencoba memberikan gambaran dan dorongan spirit terhadap perkembangan di dalam dunia pesantren.
            “Tak ada gading yang tak retak” ungkapan ini hanya sebatas mengibaratkan terhadap pembaca, bahwa saya yakin dalam tulisan ini masih banyak penjelasan-penjelasan yang sulit untuk dimengerti dan dipahami, akan tetapi setidaknya mampu memberikan nilai positif bagi pembacanya.

Salim Bachmid
Pendiri dan Ketua Umum Indonesian Young Heroes
Mahasiswa Biologi ITS Surabaya
Menteri Dalam Negeri BEM FMIPA ITS Surabaya 2010/2011
Penerima Beasiswa Prestasi Nasional Kementerian Agama RI
Participant Young Leaders Summit 2011 On Changing Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar